Bunda Farida : Persaudaraan Tak Boleh Bedakan Suku, Ras dan Agama
Foto : Farida Ketua Graha Sastra dan Budaya Lumajang (kiri) |
SUARASATUNEWS.ID, Lumajang - Farida Ketua Graha Sastra dan Budaya (Gatra) Lumajang, menghadiri kegiatan rutin Persatuan Wanita Antar Gereja (PWAG) di hall Gajah Mada, Jalan PB Sudirman Lumajang, Jum'at (19/7/2024) petang.
Perempuan berhijab yang kerap disapa Bunda Farida itu nampak berbaur, mendasari kebersamaan yang perlu dibina tanpa membedakan suku, ras dan agama.
"Persaudaraan tidak boleh dipisahkan oleh apapun, oleh warna kulit dan sebagainya. Jadi dalam hal ini, kami disini tak ubahnya saudara. Saya sebagai umat muslim, tetap support kegiatan yang dilakukan oleh saudara kita umat nasrani. Senada kita membuktikan, bahwa agama Islam itu cinta damai," ucapnya.
Respon positif disampaikan Pendeta Jetty Lukar, ia mengaku termotivasi. Jetty Lukar yang mulanya sebagai pendatang dan bertempat tinggal di Randuagung Lumajang, merasa disambut baik warga Lumajang pada umumnya.
Jetty Lukar yang notabenenya sebagai Ketua MUKI (Majelis Umat Kristen Indonesia) asal Manado awalnya canggung. Namun, pasca hari berlalu, ia merasakan hal yang sebaliknya.
"Awalnya sempat mau balik ke Manado, tapi setelah mengetahui masyarakat Lumajang khususnya Randuagung itu baik - baik, bersaudara tanpa membedakan satu dengan yang lain, akhirnya menjadi betah tinggal di Lumajang," ucap Jetty Lukar.
Kegiatan saat itu, senada peribadatan rutin, melibatkan perwakilan/utusan/pengurus sejumlah organisasi nasrani di Kabupaten Lumajang.
Di momen kemerdekaan RI di bulan Agustus mendatang, disampaikan oleh pendeta Jetty Lukar, pihaknya akan menggelar rangkaian perlombaan dan santunan-santunan, berkolaborasi dengan Gatra Lumajang. (tim).