Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Karta Heppiii Berhasil Hidupkan Musik Serbung Pasca 'Mati Suri' Puluhan Tahun

Heppiii Community

LUMAJANG, (suarasatunews.com) 

Alfian, seorang seniman asal Lumajang bersama Heppiii Community di Lumajang, berhasil menghidupkan kembali musik serbung setelah 37 tahun lamanya menghilang.

Serbung yang merupakan bagian dari kekayaan kearifan lokal warga desa di Lumajang ini, sempat tidak ditemukan pemainnya, apalagi alatnya.

Gambar : Heppiii Community bersama pemain serbung saat berada di depan sanggar Serbung Jatimulyo, Lumajang Jatim.

Setelah ditelusuri selama setahun terakhir, akhirnya musik tradisional ini dapat kembali dinikmati masyarakat Lumajang dan sekitarnya.

Perlu diketahui, serbung merupakan alat musik tiup yang terbuat dari bambu yang pernah popular di era tahun 1920-an. Serbung dari kata serepoh dan bumbung, jadilah istilah serbung. Serepoh artinya tiup, bumbung artinya bambu.

Simak Video Ini

“Bentuk fisik serbung seperti bambu tempat air, dan ujungnya lancip seperti bambu runcing yang ditiup, akhirnya jadilah serbung yang punya filosofi perjuangan hidup, air sebagai sumber hidup, dan bambu runcing saat itu sebagai alat perjuangan,” kata Alfian kepada wartawan, belum lama ini.

Dulu, Serbung dimainkan oleh sembilan orang pemain. Semua alat musiknya dari bambu. Musik ini menjadi sarana kearifan lokal warga desa di Lumajang. Di era 1920-an, serbung dimainkan oleh warga desa saat merayakan panen, acara sunatan atau pernikahan dan untuk media hiburan warga desa.

Namun, musik ini lambat laun mulai menghilang memasuki era 1945 dan kemudian benar-benar lenyap memasuki tahun 1960-an. Upaya untuk menghidupkan kembali dicoba memasuki tahun 1980-an.

“Terakhir musik khas Lumajang ini pernah tampil di TVRI tahun 1982. Setelah itu benar-benar hilang sampai 2019 kemarin berhasil dihidupkan lagi. Lebih dari 37 tahun mati suri,” terangnya.

Mengingat nilai budayanya yang tinggi, Alfian dan tim Heppiii Community tergerak untuk menghidupkan kembali musik Serbung ini.

Ia berusaha menggali informasi dan menelusuri sumber - sumber yang relevan terkait alat musik ini. Pencarian bahkan sampai ke pelosok-pelosok Lumajang hingga Probolinggo.

Dalam penelusurannya Alfian mendapat informasi bahwa serbung pertama kali diciptakan oleh seorang tokoh yang merupakan leluhur dari kampung Jatimulyo Lumajang bernama Mbah Eroh, seorang warga yang lahir di kampung Polotan, Probolinggo.

Setelahnya Alfian mencari para cucu mbah Eroh yang saat ini usianya 70-an tahun. Dari sana dia mencari pemain serbung yang saat itu satu panjak atau satu grup terdiri dari sembilan orang.

“Kebetulan saat itu pemainnya adalah satu keluarga,” katanya.

Setelah melalui proses yang tidak mudah, akhirnya serbung bisa direkonstruksi menjadi alat musik yang benar-benar bisa dimainkan.

Pelan tapi pasti, Alfian berkeyakinan musik serbung mulai mendapat tempat di masyarakat. Berbagai hajatan kini kembali banyak mengundang tim Serbung Alfian mulai dari Lumajang hingga Probolinggo.

Kini serbung bahkan resmi terdaftar di Dinas Pariwisata Lumajang dan sudah memiliki Nomor Induk Organisasi Kesenian (NIOK) pada tahun 2019.

Koordinator Desa Heppiii Community Lumajang Miftachul Arif mengatakan pihaknya mengapresiasi penuh saat Alfian menelusuri musik tradisional yang merupakan bagian dari kearifan lokal di Lumajang ini.

”Kami bantu pengadaan alat termasuk mengembangkan sanggar musik dari bambu ini. Bahkan sudah ada mahasiswa KKN yang ingin tahu soal Serbung,” ungkapnya. (TIM)