Pesan Moral Dibalik Wajah Keriput Kakek Usia Senja Penambal Panci Asal Tompokersan Lumajang
Kakek Suwarno saat bersama seorang jurnalis ditempatnya mengais rejeki, Kamis (14/6/2018)
Lumajang (suarasatunews)
Di usianya yang sudah senja, tidak membuat Suwarno (80), seorang kakek 11 cucu asal Tompokersan Lumajang ini berhenti bekerja, tepis raut lesu dan keriput yang jelas tak bisa ia sembunyikan.
Tepatnya di trotoar jembatan Jalan Brigjen Katamso selatan perempatan terminal MPU Lumajang, ia bekerja sebagai tukang tambal panci (tukang patri), mengais rejeki bertekad menyambung hidupnya sembari membantu anaknya dalam menghidupi cucunya.
Pekerjaannya ini, sudah ia tekuni sejak ia menginjak usia 15 tahun.
Pria kelahiran 1938 ini nampak tegar, ia mengisahkan semasa masih muda, ia pernah menjadi anggota Hansip. Hingga kinipun kartu anggotanya itu ia simpan sebagai pengganti tanda pengenal jika ada yang bertanya soal jati dirinya. Hal itu ia lakukan dikarenakan kartu tanda pengenal (KTP) miliknya hilang.
"Ini nama saya Suwarno, kelahiran 1938," sembari menyodorkan KTA Hansip yang ai miliki pada media ini, Kamis (14/6/2018).
Ada yang menarik dibalik sisi kekurangan kakek Suwarno ini. Kendati harus memeras keringat dan bersusah payah dari hasil ongkos jasa tambal panci itupun jika ada, ia bertekad untuk tidak meminta - minta terlebih menengadahkan tangan.
"Saya tidak ingin meminta, saya bertekad bekerja. Ada yang menambalkan panci saya layani. Perkara ongkos pasaran kalau panci ukuran paling besar itu 75rb, yang lebih kecil ya lebih murah lagi. Kadang ditawar ya boleh lah saya perbaiki. Anggap saja membantu," ucapnya sambil memijat betisnya.
Ketika ditanya sang istri, kakek berperawakan kurus itu mengaku sudah lama meninggal. Ia ditinggali 3 anak dan dari ketiga anaknya itu, ia dikaruniai 11 cucu.
"Anak saya tiga, ibunya sudah lama meninggal. Cucu 11, tapi anak saya yang 2 merantau. Yang 1 tinggal dengan saya berikut cucunya 3 orang," tukasnya.
Kendati ia bertekad bekerja dan pantang meminta, namun kondisinya yang cukup bisa dinilai berkekurangan, nampak banyak sejumlah pengendara roda dua sejenak berhenti memberikan sejumlah uang, ada lagi beras sekejab dan tak lama pergi.
Seketika ia masih kuat mengayuh sepeda angin, ia berkeliling dari rumah kerumah mencari orang yang bersedia memperbaiki perabotannya yang rusak sedianya lalu ia mendapat jasa ongkos dari perbaikan yang ia lakukan.
"Yang terpenting jangan pernah meminta-minta selagi bisa masih bekerja," tukas dia.
Disisi lain, saat ini ia tengah menunggu dimana dijauh hari sebelumnya, ia mengaku mendapat kabar jika tempat tinggalnya di Tompokersan Jalan Veteran tepat dibelakang rumah dinas Kapolres Lumajang akan dilakukan bedah rumah.
"Katanya rumah saya mau diperbaiki, rumah saya di selatannya Kapolres. Sudah sempat difoto oleh Pak Carik (Sekdes) sudah lama," pungkasnya. (TIM)